Jumat, 05 Agustus 2011

Pendidikan Komprehensif Dengan Inovasi Pembelajaran

Pendidikan Komprehensif adalah pembelajaran yang berkelanjutan mulai dari PAUD/SD-SMP-SMA-PT. Pembelajaran yang meliputi banyak hal yaitu Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti, Akhlak, Karakter, Kreativitas, Inovatif. Istilah komprehensif yang digunakan dalam pendidikan karakter mencakup berbagai aspek. Aspek yang pertama isinya harus komprehensif, meliputi suatu permasalahan yang berkaitan dengan pilihan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai kepada pertanyaan-pertanyaan mengenai etika secara umum. Kedua metodenya harus komprehensif yang meliputi penanaman nilai, pemberian teladan kepada peserta didik. Ketiga Pendidikan karakter hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses pendidikan di kelas, dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam proses bimbingan dan penyuluhan. Yang terakhir, keempat, pendidikan karakter hendaknya terjadi melalui kehidupan dalam masyarakat, karena peran serta masyarakat atau lingkungan dapat mempengaruhi karakter peserta didik (generasi muda).

Didalam pembelajaran di sekolah harus membuat standarisasi bahwa kelompok bermain adalah saat anak memang bermain, PAUD saat anak bermain, Sekolah Dasar saat anak mulai dibangunkan karakternya supaya fundamen dalam diri anak tersebut benar-benar kuat, karakter SMP dan SMA lebih condong kepada pertengahan antara pendidikan Akademik dan pendidikan Karakter, tingkatan akhir pada pembelajaran di Perguruan Tinggi lebih diajarkan mengenai pendidikan akademik dan mengesampingkan Pendidikan Karakter, karena pada usia mahasiswa sudah mengerti mengenai hakekat yang benar dan salah. Standardisasi ini berfungsi untuk paling tidak menseragamkan output dari yang dihasilkan. Memadukan antara Pendidikan Karakter dan Pendidikan Akademik sangat di perlukan dalam pembelajaran yang berkelanjutan. Keduanya dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran supaya diperoleh kesempurnaan dalam pembelajarannya. Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu pada kepentingan siswa.
Inovasi pembelajaran di PAUD/SD harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang masih dalam tahap bermain dan penanaman fundamen, mengenai kebutuhan mereka dalam pendidikan karakter, penanaman Budi Pekerti, Akhlak, serta sopan santun.

Dalam pendidikan karakter pemberian teladan merupakan metode yang bisa digunakan. Pendidik harus berperan sebagai model atau pemberi teladan yang baik bagi peserta didik dan harus bisa menjadi contoh atau panutan. Misalkan cara guru menyelesaikan masalah secara adil, menghargai pendapat anak, dan mengkritik orang lain secara santun merupakan perilaku alami yang dapat dijadikan teladan oleh peserta didik. Demikian juga apabila guru berperilaku sebaliknya, anak-anak secara tidak sadar juga akan menirunya. Oleh karena itu para pendidik atau guru harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertindak, supaya tidak tertanamkan nilai-nilai negatif dalam sanubari peserta didik. Jika pendidikan akademik diutamakan pada pembelajaran di PAUD/SD kurang sesuai, karena pada usia sekolah dasar peserta didik akan lebih membutuhkan pendidikan karakter yang diajarkan gurunya. Pada usia sekolah dasar, peserta didik belum bisa membedakan antara benar dan salah, maka dari itu perlu ada bimbingan dari guru untuk menanamkan nilai fundamen dasar kepada peserta didik supaya lebih terarahkan kepada nilai moral yang baik.

Pada Pembelajaran Tingkat SMP dan SMA siswa lebih kepada semboyan ki Hajar Dewantara tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Pendidik hanya mengarahkan peserta didik dalam inovasi pembelajarannya menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan Budi Pekerti atau Akhlak dan Karakter peserta didik. Terjadi keseimbangan dalam pembelajaran tingkat SMP dan SMA. Peserta didik membutuhkan pembelajaran Pendidikan Akademik tetapi tidak meninggalkan pada Pendidikan Karakter itu sendiri. Dalam hal ini guru dapat mengajarkan kepada siswa pembelajaran Komprehensif yaitu mengenai pengembangan Kererampilan hidup. Ada beberapa keterampilan yang diperlukan supaya peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut sehingga berperilaku konstruktif dan bermoral dalam masyarakat, keterampilan tersebut antara lain berpikir kritis, berkomunikasi secara jelas, menyimak, bertindak asertif, dan menemukan resolusi konflik dapat disebutkan secara ringkas sebagai keterampilan akademik dan keterampilan sosial.

Pembelajaran terintegrasi dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik, karena mereka memahami konsep-konsep keterampilandan nila-nilaiyang mereka pelajari dengan menghubungkannya dengan konsep dan keterampilan lain yang sudah mereka pahami. Konsep dan keterampilan tersebut dapat berasal dari satu bidang studi (intrabidang studi), dapat pula dari beberapa bidang studi (antarbidang studi). Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan, mengingat masalah yang dihadapi hanya mungkin dapat diatasi secara tuntas dengan memanfaatkan berbagai bidang ilmu secara interdisipliner atau multidisipliner.

Pada pembelajaran yang dilakukan sejak PAUD/SD-SMP-SMA-PT inovasi pembelajaran akan mengalami integrasi peningkatan sesuai dengan perkembangan usia peserta didik. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka peserta didik akan mengalami pembiasaan terhadap gaya lingkungan belajarnya. Serta apa yang harus dikuasai dalam pembelajarannya.

Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin banyak pengalaman mengenai karakter yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada jenjang Perguruan Tinggi mahasiswa sudah bisa mengenali jati diri meraka sendiri. Tidak ada materi yang diajarkan pendidik (dosen) mengenai pendidikan karakter. Inovasi Pembelajaran lebih diutamakan kepada penguasaan materi melalui pendidikan Akademik yang diterima pada perkuliahan. Guna menciptakan kultur yang bermoral perlu diciptakan lingkungan sosial yang dapat mendorong mahasiswa memiliki moralitas yang baik atau karakter yang terpuji. Sebagai contoh, apabila suatu Perguruan Tinggi memiliki iklim demokratis, paka mahasiswa akan terdorong untuk bertindak secara demokratis. Sebaliknya apabila suatu perguruan tinggi terbiasa menggunakan tidakan-tindakan otoriter maka sulit untuk mendidik mahasiswa untuk menjadi pribadi yang demokratis. Demikian juga apabila perguruan tinggi dapat menciptakan lingkungan sosial yang menjunjung tinggi kejujuran dan rasa tanggung jawab maka lebih mudah bagi para mahasiswa untuk berkembang menjadi pribadi-pribadi yang jujur dan bertanggung jawab.

Strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter mahasiswa melewati kultur perguruan tinggi ialah dengan melibatkan para mahasiswa dalam membangun kehidupan di kampus. Misalnya dalam membangun kehidupan yang demokratis yang menghargai pluralistik, dan yang mematuh peaturan. Di dalam hal ini mahasiswa juga dilibatkan dalam pembuatan peraturan, evaluasi peraturan, penegakan peraturan dan juga dalam hal penggantian peraturan.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Blogger Template by Blogcrowds