Sabtu, 29 Januari 2011

KISAH RINGKAS KURIKULUM PENDIDIKAN di INDONESIA

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Berbagai kurikulum yang mewarnai dunia pendidikan di Indonesia : RENCANA PELAJARAN 1947 Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan ( dalam bahasa Belanda ) artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. RENCANA PELAJARAN TERURAI 1952 Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. KURIKULUM 1968 Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. KURIKULUM 1975 Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. 
KURIKULUM 1984 
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). 
KURIKULUM 1994 dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999 
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. KURIKULUM 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas. Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya. KTSP 2006 Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Upaya Peningkatan Hasil belajar IPS di SD melalui pendekatan INKUIRI

Oleh : Husnia Aisyah ABSTRAK Menurut pandangan konstruktivisme, dalam proses pembelajaran guru harus memfasilitasi peserta didik untuk membangun sendiri konsep-konsep baru berdasar konsep lama yang telah dimiliki. Pembangunan konsep baru itu tidak terjadi di ruang hampa, melainkan dalam konteks sosial, di mana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain untuk merestrukturisasi ide-idenya. Dengan demikian konsep lama yang sudah sesuai dengan konsep ilmiah sangat penting artinya bagi penanaman konsep-konsep baru yang akan dilakukan dalam pembelaran Inkuiri-dicavery-problem solving adalah istilah-istilah yang sesungguhnya mengandung arti yang sejiwa, yaitu istilah yang menunjukkan kegiatan atau cara belajar yang bersifat mencari secara logis, kritis, analitis menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan. Selanjutnya Sund menyatakan bahwa discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut, misalnya, mengamati, mengklasifikasi, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Sedangkan inkuiri dibentuk meliputi discovery, dengan perkataan lain inkuiri adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan mengalisis data, dan menarik kesimpulan. Pengajaran IPS yang bermaterikan masalah-masalah sosial, memerlukan penerapan atau penggunaan pendekatan/metode yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memenuhi tuntutan tersebut adalah inkuiri, yaitu suatu pendekatan yang bersifat student centered. Hasil belajar IPS sangat ditentukan oleh metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa, metode inkuiri lebih unggul dibandingkan dengan metode ceramah dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa, serta motivasi belajar sangat menentukan hasil belajar siswa. Apabila motivasi belajar tinggi maka hasil belajar pun tinggi pula. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kelompok siswa dengan skor Motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar IPS tinggi pula. Sehingga terdapat interaksi pengaruh antara motivasi belajar dan metode inkuiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri tepat sebagai metode pembelajaran siswa dengan motivasi belajar tinggi. Jadi pembelajaran IPS dengan menggunakan metode inkuiri lebih efektif digunakan untuk siswa dengan motivasi belajar tinggi.Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi maka peningkatan mutu pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih serius dan seksama. Oleh karena itu, berbagai usaha telah diupayakan untuk meningkatan kualitas pendidikan. PENDAHULUAN IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hapalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hapalan. Sifat materi pelajaran IPS tersebut membawa konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang di dominasi oleh metode ceramah sedangkah siswa kurang aktif terlibat atau cenderung pasif padahal, dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas artinya melibatkan pikiran pengelihatan, pendengaran dan psikomotor. Pendekatan inkuiri (inquiry), sebenarnya sudah dikenal sejak lama, dan sudah digunakan dalam proses pembelajaran. Hanya penggunaannya relatif masih jarang, dan bahkan sering diabaikan. Pada umumnya guru-guru IPS lebih banyak menggunakan metode yang bersifat instructor centered, dimana guru sebagai penentu utama jalannya proses pembelajaran, sedangkan siswa sebagai pihak penerima belaka. Pengajaran IPS yang bermaterikan masalah-masalah sosial, memerlukan penerapan/penggunaan pendekatan/metode yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memenuhi tuntutan tersebut adalah inkuiri, yaitu suatu pendekatan yang bersifat student centered. Hal yang terpenting dalam inkuiri adalah siswa mencari sesuatu sampai tingkatan “yakin” (belief-percaya). Tingkatan ini dicapai melalui dukungan fakta, analisis, interpretasi, dan pembuktiannya. Bahkan lebih dari itu dalam inkuiri akan dicapai tingkat pencarian alternative pemecacahan masalah tersebut. Dengan inkuiri siswa akan dilibatkan melakukan penyelidikan terhadap faktor-faktor yang belum pernah dilakukan, dan ini akan memberi motivasi yang tinggi. Pada inkuiri, proses adalah merupakan produk dari belajar, dan di dalam proses tersebut kurang diperhatikan terhadap “kebenaran” jawaban, sebab kesimpulan yang mereka buat adalah kesimpulan tentatif dalam arti dengan data yang digunakan pada saat itu. Pendekatan inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh gurunya. 

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan bahasan masalah, dapat dirumuskan masalah yaitu : Apakah dengan penerapan model pendekatan inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas pada pembelajaran IPS.

C. KAJIAN TEORI
Pembelajaran IPS Pembelajaran diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengkondisikan seseorang belajar. Dengan demikian pembelajaran lebih memfokuskan diri agar peserta didik dapat belajar secara optimal melalui berbagai kegiatan edukatif yang dilakukan pendidik. Oemar Hamalik menyebutkan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang sating mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. (dalam Din Wahyudin, 2007: 3.30).
 Istilah Ilmu Pengatahuan (IPS) yang resmi mulai digunakan di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian social studies tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan teori keilmuan melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengna meninjau dari berbagai aspek kehidupan dan perpaduan. (Ischak : 2003:1.36) Menurut Bruce (dalam Ischak, 2003 : 4.59), IPS memiliki tiga tujuan yaitu : 
1. Pendidikan kemanusiaan (Humanistic Education) yaitu membantu siswa memahami pengalamannya dan menemukan arti kehidupan. 
2. Pendidikan kewarganegaraan (Citizenship Education) yaitu siswa ikut berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan masyarakat dengan penuh kesadaran sebagai warga Negara. 
3. Pendidikan intelektual (Intelektual Education) siswa mampu menganalisis dan memecahkan masalah dengan menggunakan ilmu sosial sebagai alat. 
Menurut Kurikulum Dasar 1994 esensi tujuan pengajaran IPS di SD adalah pengembangan kemampuan dan sikap rasional yang bermuara pada pembentukan individu sebagai aktor sosial yang cerdas. Aktor sosial yang cerdas tidak lain dari anggota masyarakat yang matang secara rasional dan secara emosional atau cerdas secara rasional dan emosional. 
Pengertian Metode Belajar Kata metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau cara yang ditempuh. Menurut Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan (1976:74). Sedangkan pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehann ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Jadi metode pembelajaran merupakan prosedur, langkah-langkah, dan cara yang digunakan pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Metode pembelajaran seharusnya tepat guna, maksudnya adalah metode itu mampu memfungsikan si anak didik untuk belajar sendiri, sesuai dengan student active learning (SAL).
Metode Inkuiri Metode inkuiri juga disebut sebagai metode penemuan. Merupakan metode yang relatif baru yang diperkenalkan kepada guru-guru bersamaan dengan meluasnya CBSA (cara belajar siswa aktif). Metode inkuiri (penemuan) adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Metode penemuan memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Metode inkuiri ini dapat dirancang penggunaannya oleh guru menurut kemampuan atau menurut tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Inkuiri, discovery, dan problem solving,pengertiannya sejiwa, yaitu istilah yang menunjukkan suatu kegiatan atau cara belajar yang bersifat mencari logis-kritis- analisis menuju kesimpulan yang meyakinkan.
Berdasar kadar inkuirinya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
• free inqury Siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan tujuan, isi, dan cara belajar. Fungsi guru hanya mengawasi pelaksanaannya
• modified free inquiry Siswa tidak lagi bebas sepenuhnya, karena dalam beberapa hal siswa mendapatkan pengarahan dan pengawasan guru
• guided inquiry Kebebasan siswa semakin berkurang, dengan kata lain peran guru semakin besar.
a. Peranan Guru dalam Pendekatan Inkuiri
Pada prinsipnya inkuiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator, dan fasilitator. Guru harus membimbing dan membantu siswa untuk mengidentifikasi pertanyaan, dan masalah- masalah, membantu siswa dalam menemukan sumber informasi yang tepat, dan membimbing siswa melakukan penyelidikan. Guru menciptakan suasana yang menjamin kebebasan untuk melakukan eksplorasi, mendorong siswa untuk berani memecahkan buah pikirannya sendiri dengan berbagai cara.
Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara: bersikap terbuka dalam menerima pendapat, bersedia menerima, memeriksa/menimbang semua usaha yang diajukan siswa, dengan ringan hati memberikan kunci-kunci pemecahan masalah, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbuat kreatif dan mandiri, mendorong siswa untuk berani bertukar pendapat, menganalisis pendapat dar tafsiran yang berbeda-beda. Di dalam pembelajaran inkuiri guru berperan sebagai fasilitator: 1. menyiapkan tugas, masalah/problem yang akan dipecahkan oleh siswa 2. memberikan klarifikasi-klarifikasi 3. menyiapkan setting kelas 4. menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan 5. memberikan kesempatan pelaksanaan 6. sebagai sumber informasi, jika diperlukan oleh siswa 7. membantu siswa agar dapat secara mandiri merumuskan kesimpulan dan implikasi-implikasinya.
Guru sebagai stimulator, berusaha menstimulir siswanya untuk berpikir aktif, dengan cara mengajukan pertanyaan, meminta siswa untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip ke dalam berbagai situasi, mendorong siswa untuk mengolah data dan informasi. Selain itu guru juga harus menghadapkan siswa pada masalah, kontradiksi, implikasi, asumsi tentang nilai dan pertentangan nilai. Kemudian guru mengklarifikasi respon siswa dan menyarankan alternatif penafsiran terhadap data.
Guru tidak menekankan kebenaran jawaban, tetapi membantu siswa menemukan dan mengklasifikasi jawaban yang tepat. Oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan bertanya sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Menurut Kosasi (1978:46), untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, guru dituntut memiliki ciri-ciri guru inkuiri antara lain:
a. memiliki kemampuan sebagai perencana (planer), baik rencana program pengajaran, pelaksanaan, maupun evaluasi.
b. memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut dengan sebaik-baiknya menurut keputusan proses pembelajaran serta tujuan instruksionalnya.
c. memiliki kemampuan sebagai penanya yang baik
d. guru mempunyai kemampuan sebagai manajer
e. memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah, dapat berupa pujian sebagai cara untuk memotivasi belajar
f. memiliki kemampuan sebagai penguji kebenaran dari pada suatu sistem nilai.
b. Peranan Siswa dalam Pembelajaran Inkuiri
Di SD Dalam inkuiri siswa sebagai pengambil inisiatif atau prakarsa dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri, dengan demikian mereka diharapkan mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan, merespon masalah, dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan. Siswa bebas melakukan eksplorasi dan diberi kesempatan untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahannya. Oleh karena proses penemuan itu dialami oleh siswa sendiri maka diharapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat dewasa ini, siswa dalam mendekati masalah atau situasi baru dengan berpikir secara ilmiah pula.
Dengan melalui inkuiri, siswa akan belajar bagaimana belajar. Melalui pembelajaran inkuiri, siswa dapat dikondisikan aktif belajar, ikut menentukan tujuan, isi, dan cara belajar, misalnya siswa aktif mencari dan menemukan informasi, berdiskusi, dan memecahkan masalah. Bahan pelajaran lebih banyak bersifat pemikiran dan penerapan prinsip dan generalisasi agar dapat mengembangkan dinamika dan kreativitas siswa.
Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Ditinjau dari segi siswa, dengan inkuiri terjadi proses mental yang tinggi, sebab dengan aktivitas ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan self learning activities, dan melatih tanggung jawab sendiri (B. Suryobroto. 1986 :44). Dengan demikian pendekatan inkuiri sebenarnya sangat bermanfaat bagi siswa.
Manfaat tersebut (Mukminan. 2000 :68), antara lain: 1. mengembangkan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri, 2. mengembangkan kemampuan berpikir siswa atau meningkatkan potensi intelektualnya, 3. membina pengembangan sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berpikir obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individu maupun kelompok, dan 4. meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari discovery, di mana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara hidup dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan sehari-hari.
c. Pemanfaatan Sumber Belajar
Seperti halnya metode yang lain, inkuiri juga membutuhkan sumber belajar. Masalahnya bukan sumber belajarnya apa, melainkan bagaimana sumber belajar tersebut dapat dimanfaatkan/digunakan dalam proses pembelajaran. Inkuiri memerlukan data untuk membuat penafsiran, sumber pengajaran tersebut digunakan untuk membuka tabir pertanyaan yang berupa hipotesis. Sebenarnya banyak sekali sumber belajar yang luput dari pengamatan kita atau kita mengetahui sumber-sumber belajar tersebut akan tetapi tidak termanfatkan.
Hal ini disebabkan karena sumber-sumber belajar tersebut tidak terjangkau oleh kemampuan guru, sebagian lagi disebabkan karena guru tidak mempunyai pengetahuan atau keterampilan teknis untuk memanfaatkansumber belajar tersebut. Sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran inkuiri adalah :
1.Gambar. Sangat bermanfaat untuk membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau informasi, misalnya gambar binatang, alat transportasi, peristiwa-peristiwa penting, dan bermacammacam bentuk pakaian.
2. Model. Anda dapat memanfaatkan boneka dari berbagai suku bangsa dengan pakaian adatnya masing-masing. Boneka yang berpasangan tersebut sangat efektif untuk menjelaskan betapa kayanya ragam budaya kita. Selain itu dapat juga digunakan model alat transportasi tradisional, misalnya delman, sepeda, gerobag.
3. Peta dinding. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang konsep ruang, konsep jarak, perbedaan ketinggian, pola hidup masyarakat dari berbagai daerah yang berbeda.
4. Barang-barang bekas. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang pencemaran, pemanfaatan bahan bekas untuk mencukupi kebutuhan hidup.
5. Slide dan film. Dapat dimanfaatkan untuk menggali informasi tentang suatu peristiwa, permukaan bumi, masalah-masalah sosial, peninggalan kuno, perkembangan suatu wilayah/kota.
6. Bahan cetak (buku-buku teks, dukumen, arsip). Buku teks masih tetap digunakan, mengingat luasnya persoalan yang berkembang selama kegiatan inkuiri
Untuk memanfaatkan sumber belajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Guru harus menyadari akan pentingnya sumber belajar. Guru harus mengupayakan agar para siswa dapat belajar efektif dan menyenangkan. Siswa dalam kegiatan belajar tidak hanya mendengarkan tetapi terlibat secara fisik, mental maupun emosionalnya. Oleh karena itu diharapkan hasil belajarnya akan bermanfaat dan bermakna untuk diterapkan/digunakan dalam situasi yang berbeda. Sebagai guru harus kreatif dan selalu mengikuti perkembangan. Guru harus secara terus menerus memberi rangsangan kepada siswa untuk selalu mencari informasi, memecahkan masalah-masalah yang cukup menantang, akan tetapi yang oleh mereka dapat dicapai.
2. Guru harus mengetahui tempat-tempat dan letak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dan bagaimana prosedur memperolehnya. Untuk sumber belajar yang ada di dalam sekolah, prosedur pemakaian dan pemanfaatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah. Sumber belajar di luar sekolah diperlukan cara-cara dan prosedur sesuai dengan lembaga atau instansi tempat sumber belajar berada. Sumber belajar yang bersifat alamiah tidak memerlukan persyaratan khusus. Meskipun demikian unsur-unsur keselamatan dan efisiensi penggunaan sumber belajar patut diperhitungkan.
3. Guru harus memiliki keterampilan untuk mengoperasikan sumber belajar. Guru sebaiknya berlatih membaca informasi atau petunjuk-petunjuk pengoperasian sehingga tidak tergantung pada orang lain. Sumber belajar sangat bermanfaat dalam pembelajaran, jika si pemakai dapatmenggunakannya secara tepat.
Adapun manfaat sumber belajar antara lain:
1. Dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep.
2. Dapat mengakrabkan siswa maupun guru dengan lingkungan sekitar.
3. Memungkinkan guru merancang dan melaksanakan program pembelajaran dengan lebih baik.
4. Mendorong penerapan pendekatan pembelajaran secara aktif.
5. Memungkinkan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan.
6. Adanya kerja sama antar guru dapat menumbuhkan kebersamaan, selanjutnya dapat meningkatkan semangat kerja guru.
7. Memungkinkan anak yang cepat belajar untuk melakukan pengayaan, sebaliknya bagi anak yang lambat dimungkinkan menggunakan sumber belajar untuk memperbaiki hasil belajarnya.

D. PEMBAHASAN
Meskipun inkuiri dipandang sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pengajaran IPS, tetapi penggunaannya hendaknya disesuaikan dengan sifat dan tujuan yang hendak dicapai. Artinya tidak semua pengajaran IPS harus di “inkuirikan”. 
Pendekatan inkuiri akan efektif jika pengajaran itu bertujuan mengembangkan kognitif, sebaliknya pendekatan ini kurang cocok jika pengajaran itu bermaksud menyampaikan informasi. Pengertian kognitif yang dibangun melalui pendekatan inkuiri akan tertanam secara mantap dalam pikiran dan proses pencapaiannya itu sendiri akan meninggalkan kesan yang amat berharga bagi pelakunya.
Dengan latihan yang secara teratur, diharapkan pengalaman itu akan menjadi keterampilan yang selanjutnya akan menimbulkan sikap percaya pada diri sendiri setiap kali menghadapi kenyataan atau masalah yang sulit. Nilai instrinsik penggunaaan pendekatan inkuiri adalah orang menjadi tabah, dalam menghadapi suatu masalah, karena ia tahu mencari jalan keluar dengan cara yang sudah biasa ia lakukan. Setiap kali ia menghadapi situasi yang sulit ia akan segera berusaha meneliti, menganalisis data yang bersangkutan dan kemudian menyusun cara mengatasi /memecahkan masalah. Namun demikian jangan menganggap bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri pasti bermakna bagi siswa. 
Sebaliknya pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah hasilnya tidak maksimal dan tidak bermakna bagi siswa. Harus diingat bahwa masing-masing materi mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat bermakna, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain.
1. Memerlukan kondisi kelas yang khusus, misalnya guru percaya bahwa siswa-siswanya dapat belajar dan bertindak berdasar kepercayaan pada diri sendiri, suasana bebas artinya siswa dapat berkiprah dengan masalah yang dihadapi, serta dapat menentukan sikap dan pendapatnya sendiri walaupun mungkin salah menurut gurunya.
2. Memerlukan motivasi tinggi. Siswa memerlukan tantangan yang memerlukan pemikiran, menimbulkan keinginan untuk tahu, perlu diadakan “study trip” untuk memperoleh informasi dan pengalaman. Selain itu harus disediakan bacaan yang menarik, serta sumber yang cukup luas yang mewakili berbagai pandangan dan pendapat.
3. Pendekatan inkuiri tidak berdiri sendiri, tetapi keberhasilan pelaksanaannya dibantu oleh metode lain, misalnya role playing, simulasi, dan studi kasus.
Ada 5 tahap dalam pelaksanaan inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori.
Tahap pertama, guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri kepada siswa. Guru harus menjelaskan tentang tujuan dan proses pelaksanaan inkuiri dengan “yes and no questions” Artinya pertanyaan hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya hanya “ya” dan “tidak”. Maksudnya adalah agar siswa berpikir lebih teliti, dengan demikian menghindarkan siswa dari beban pemikiran, karena adanya pertanyaanpertanyaan yang terbuka (open-ended) dari guru. Pelaksanaan inkuiri dapat dimulai dengan masalah, ide, atau pikiran yang sederhana, utamanya adalah siswa mendapat pengalaman proses berpikir secara inkuiri.
Tahap kedua, adalah verifikasi, yaitu siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa/masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab “ya” atau “tidak”.
Tahap ketiga, adalah melakukan eksperimentasi, siswa mengajukan faktor atau unsur baru ke dalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda. Eksperimen mempunyai dua fungsi yaitu eksplorasi dan menguji langsung. Eksplorasi adalah merubah sesuatu untuk melihatapa yang akan terjadi dan tidak perlu bimbingan teori atau hipotesis. Sedangkan menguji langsung, terjadi bila siswa melakukan uji coba teori atau hipotesis. Proses merubah hipotesis kedalam eksperimentasi itu tidak mudah dan perlu latihan atau praktik. Selanjutnya guru harus memperdalam proses inkuiri siswa dengan memperluas jenis-jenis informasi yang diperoleh. Dalam proses verifikasi siswa dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang: benda (objects), sifat (properties), kondisi (conditions), dan peristiwa (events).
Pertanyaan tentang benda, dimaksudkan untuk menentukan sifat alami atau identitas benda. Contoh: Apakah kepadatan penduduk di kota itu karena urbanisasi? Pertanyaan tentang sifat berusaha untuk memverifikasi perilaku sesuatu benda di bawah suatu kondisi tertentu sebagai suatu cara menambah informasi baru untuk membantu menyusun teori. Contoh: Apakah banyak sedikitnya barang akan menentukan harga? Pertanyaan tentang kondisi berhubungan dengan keadaan benda atau sistem yang ada pada saat itu. Contoh: Apakah pembuangan limbah industri dapat menyebabkan pencemaran air di lingkungan sekitar? Pertanyaan tentang peristiwa dimaksudkan untuk memverifikasi kejadian atau keadaan dari suatu peristiwa. Contoh: Apakah kemajuan teknologi mengakibatkan peningkatan kesejahteraan bagi manusia?
Tahap keempat, guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya data tersebut setelah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya.
Tahap kelima, siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri. Dalam hal ini siswa boleh mengevaluasi tentang pertanyaan yang diajukan guru apakah efektif atau tidak, mungkin ada informasi penting tetapi siswa tidak tahu cara memperolehnya sehingga data/ informasi tersebut tidak ditemukan. Analisis dari siswa ini penting karena menjadi dasar pelakasanaan inkuiri berikutnya, artinya guru harus memperbaiki kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang telah dilakukan.
Berikut ini secara garis besar dapat dilihat sistematika model inkuiri
1. Tahap satu : - menghadapkan pada permasalahan - menjelaskan prosedur inkuiri - menyampaikan permasalahan yang kontradiksi
2. Tahap kedua : - pengumpulan data dan verifikasi - memverifikasi benda, keadaan, sifat, dan peristiwa
3. Tahap ketiga : - pengumpulan data eksperimentasi - mengisolasi variable yang relevan - menyusun dan menguji hipotesis - hubungan sebab akibat
4. Tahap keempat : - mengorganisir, formulasi, dan penjelasan - menyusun deskripsi atau penjelasan
5. Tahap kelima : - Analisis proses inkuiri - Analisis strategi inkuiri dan mengembangkan proses inkuiri agar lebih efektif


 E. SIMPULAN
Pelaksanaan Pembelajaran IPS di kelas Sekolah Dasar dengan judul Upaya Peningkatan Hasil belajar IPS di SD melalui pendekatan INKUIRI, pada intinya akan membangkitkan motivasi belajar pada siswa di kelas. Teknik pemilihan metode dapat diibaratkan perangkat peralatan bagi seorang guru. Alat mana atau kombinasi alat-alat apa yang akan dipilih hendaknya dipertimbangkan lebih dahulu. 
Metode inkuiri hendaknya dipakai bukan saja sebagai alat bagi pengajar untuk menyajikan bahan pengajaran, tetapi harus berfungsi sebagai alat bantu siswa. Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Inkuiri akan lebih efektif jika dalam pembelajarannya menitik beratkan pada efektivitas siswa, bukan hanya guru saja. 

 DAFTAR PUSTAKA
Din Wahyudin, Dkk, 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Jakarta
Ischak, 2003. Pendidikan IPS SD. 2003. Jakarta: Universitas Jakarta 
Kosasih Djahiri, Fatimah Ma’mun. ( 1978 / 1979 ). Pengajaran Studi Sosial / IPS (Dasar-Dasar Pengertian, Metodologi, model Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial). Bandung; LPPP – IPS, FKIS –IKIP. 
Mukminan, dkk. 2000. Pendidikan Ilmu Sosial. Yogyakarta : Unversitas Negeri Yogyakarta.
Suryobroto,B. 1986. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah dan pendekatan Baru dalam Proses Belajar mengajar. Yogyakarta : Amarta.
http://www.scribd.com/doc/8772794/METODE-pembelajaran-IPS. tanggal: 2 Januari 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran. tanggal: 2 Januari 2010.

pembelajaran aktif dalam IPA

A. Pengertian Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik maupun peserta didik dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student centered) dari pada berpusat pada guru (teacher centered). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk di lakukan siswa baik kegiatan berpikir ( minds – on ) dan berbuat ( hands – on ). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan, memanipulasi objek-ob jek yang ada di dalamnya serta mengamati pengaruh dari manipulasi yang sudah dilakukan. Guru secara aktif merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran serta dapat menciptakan suasana yang mendukung ( kondusif ) sehingga siswa aktif bertanya. Aktif di maksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikianrupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga , jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. B. Karakteristik Pembelajaran Aktif Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, 2. Peserta didik tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran, 3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran, 4. Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi, 5. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran aktif Untuk menerapkan pembelajaran aktif beberapa hal harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sebagaimana mestinya. Hal-hal ini dapat membuat pembelajaran aktif tidak berhasil dan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal-hal tersebut antara lain: · Tujuan pembelajaran aktif harus ditegaskan dengan jelas Harus diingat bahwa tujuan pembelajaran aktif adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis dari peserta didik dan kapasitas peserta didik untuk menggunakan kemampuan tersebut pada materi-materi pembelajaran yang diberikan. Pembelajarn aktif tidak semata-mata digunakan untuk menyampaikan informasi saja. Lebih jauh lagi, pembelajaran aktif ini memiliki konsekuensi pada peserta didik untuk mempersiapkan diri dengan baik di luar jam pelajaran. Peserta didik memiliki tanggung jawab yang besar untuk mencari seluas-luasnya materi yang melatar-belakangi pembelajaran sehingga dapat berpartisipasi dengan baik dalam pembelajaran. Pembelajaran aktif ditujukan agar peserta didik secara aktif bertanya dan menyatakan pendapat dengan aktif selama proses pembelajaran. Dengan proses seperti ini diharapkan peserta didik lebih memahami materi pembelajaran. · Peserta didik harus diberitahu apa yang akan dilakukan Pada saat awal pembelajaran pada saat menjelsakan silabus pelajaran peserta didik harus diberi penjelasan apa yang akan dilakukan sehingga peserta didik dapat mengerti apa yang diharapkan darinya selama proses pembelajaran. Tekankan penjelasan ini berulang-ulang sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan keinginan yang tinggi untuk berpartisipasi. · Memberikan pengarahan yang jelas dalam diskusi Diskusi dalam kelas merupakan tanggungjawab pengajar untuk menjaganya dalam alur dan tempo yang baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam diskusi adalah: - Buat ringkasan dan hal-hal penting yang menjadi pendapat peserta didik serta kembalikan ke dalam diskusi untuk dapat mengundang pendapat-pendapat lain, - Terima terlebih dahulu semua pendapat yang berkembang dan beri kesempatan yang sama pada pendapat-pendapat lain, - Tunggu sampai beberapa peserta didik mengemukakan pendapat sebelum pengajar memberikan komentar, - Setiap saat temukan isu penting yang menjadi bahasan dalam materi pelajaran dan berikan penjelasan lebih lengkap dan arahkan diskusi pada isu-isu berikutnya. · Mempertimbangkan teknik pembelajaran aktif yang dipergunakan Setiap cara atau teknik dalam pembelajaran aktif memerlukan persiapan-persiapan yang berbeda tingkat kemudahannya begitu pula dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan dengan baik teknik yang akan dipergunakan. Kombinasi beberapa cara sepanjang semester merupakan cara terbaik. · Penciptaan iklim pembelajaran aktif Iklim pembelajaran aktif harus dapat diciptakan oleh pengajar. Beberapa cara untuk menciptakan ini adalah sebagai berikut: - pada awal pertemuan, siswa diminta oleh guru untuk mengingat materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. - berikan contoh-contoh soal dan mintakan peserta didik untuk menyelesaikannya secara bersama - bentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas untuk mendiskusikan suatu topik, latihan mengerjakan soal, atau membuat ilustrasi konsep yang dipelajari pada saat pertemuan tersebut. - minta peserta didik pada akhir pembelajaran untuk membuat pertanyaan atas materi pembelajaran dan kemudian akan dibahas oleh guru pada pertemuan berikutnya. - pada akhir pertemuan siswa disuruh membuat refleksi mengenai materi yang telah dijelaskan. D. Langkah – Langkah Pembelajaran Aktif 1. Memahami sifat yang dimiliki anak 2. Memngenal anak secara perorangan 3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah 5. Pengembangan ruang kelas sebagai lingkugan belajar yang menarik 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Pembelajaran aktif dapat dilakukan dengan cara : 1. Melakukan secara langsung misalnya melakukan sesuatu pengamatan secara langsung 2. Melakukan secara tidak langsung misalnya bermain peran atau simulasi 3. Mengamati langsung misalnya mengamati suatu kejadian atau benda secara nyata 4. Mengamati secara tidak langsung misalnya mengamati tiruan benda atau film tentang suatu kejadian 5. Interaksi meliputi berdialog dengan guru atau siswa lain mengenai apa yang dipelajari 6. Refleksi merupakan tentang peserta didik berpikir reflektif mengenai apa yang mereka pelajari dan bagaimana perasaan mereka sewaktu belajar.

SETS dalam IPA

A. Hakekat SETS SETS merupakan singkatan dari Science, Environment, Technology, and Society mengandung makna tertentu. Akronim SETS, bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filosofis yang mencerminkan kesatuan unsure SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut. Dalam konteks pendidikan SETS atau bervisi SETS, urutan ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Dari sana, diharapkan akan diperoleh pemikiran penghasilan teknologi dari transformasi sains, tanpa harus merusak atau merugikan lingkungan dan masyarakat. Selanjutnya, kesalingterkaitan antar unsur SETS itu menandai bahwa masing-masing unsur itu saling mempengaruhi dalam proses perkembangannya masing-masing. Selanjutnya landasan filosofis tersebut dipakai sebagai dasar pengembangan model pembelajaran yang bervisi dan berpendekatan SETS.Secara mendasar dengan pengembangan model pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS ini diharapkan peserta didik akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan ini akan mendorong pemanfaatan teknologi dalam upaya memperoleh kehidupan masyarakat dan lingkungan yang lebih baik. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendidikan SETS yang relatif memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan (manusia) yang memuat juga unsur-unsur SETS selain lingkungan (E). Model pembelajaran yang bervisi dan berpendekatan SETS harus memberikan kepada peserta didik pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Isi pendidikan SETS perlu dikaitkan dengan target pendidikannya. Hubungan yang tepat antara SETS dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan peserta didik harus lebih diutamakan. Visi dan pendekatan SETS sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik untuk memahami hakikat pendidikan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (SETS) secara utuh. Maksudnya ialah bahwa visi dan pendekatan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui sains dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik. B. Konsep Pendekatan SETS (Sains Environment Technology and Society) Pendekatan sains-teknologi-masyarakat (SETS = science, environment, technology, society) me¬rupakan salah satu model atau pendekatan untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan sains yang cepat dan menjawab perubahan para¬digma di atas. Pendekatan SETS pada awalnya dikembangkan untuk pembelajaran sains, khususnya sains alam, walaupun dapat dikaji penggunaannya pada pembela¬jaran bidang-bidang lain. Kerangka pembelajaran SETS yang menempatkan tanggung jawab sosial sebagai tujuan utama dalam pembelajaran sains, akhirnya menuntut perubahan tidak hanya pada metode pembelajaran di kelas, tetapi juga perubahan mendasar pada kurikulum. Beberapa negera telah berusaha menempatkan pembelajaran berbasis SETS dalam kurikulum sekolah menengah mereka, seperti Kanada(4) dan Australia, tetapi beberapa laporan menyebutkan bahwa tidaklah mudah untuk akhirnya benar-benar diterapkan di kelas, karena diperlukan pengenal¬an yang intensif kepada guru-guru sekolah menengah. C. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan SETS Tujuan utama pendidikan dengan Pendekatan SETS adalah mempersiapkan peserta didik menjadi wagra negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan dan kedasaran untuk: 1. menyelidiki, menganalisis, memahami dan menerapkan konsep-konsep/prinsip-prinsip dan proses sain dan teknologi pada situasi nyata. 2. melakukan perubahan. 3. membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sain dan teknologi. 4. merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-masalah yang sedang dihadapi. 5. bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya. 6. mempersiapkan peserta didik untuk menggunakan sain bagi pengembangan hidup dan mengikuti perkembangan dunia teknologi. 7. mengajar para peserta didik untuk mengambil tanggung jawab dengan isu-isu lingkungan, teknologi, atau masyarakat. 8. mengidentifikasi pengetahuan fundamental sehingga peserta didik secara tuntas memperoleh kepandaian dengan isu-isu SETS. D. SETS dan Kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi yang mulai diujicobakan tahun 2004 di jenjang pendidikan dasar dan menengah mengharapkan lulusan pada setiap jenjang pendidikan memiliki kompetensi sesuai dengan standar isi dan kompetensi yang kemudian akan ditetapkan BSNP. Sebagai wahana untuk mewujudkan ESD, model pembelajaran yang bervisi dan pendekatan SETS, perlu menitikberatkan pada : 1. Kajian secara transdisiplin dan holistik berbasis Isu dan kasus domestik atau global tentang keterkaitan sains, teknologi, masyarakat, dan lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan. 2. Penumbuhan nilai, sikap, dan perilaku yang berpihak pada pembangunan berkelanjutan. 3. Belajar aktif, kooperatif, dan praktikal (hands-on) sehingga pembelajaran menyenangkan dan mengembangkan multi-kecerdasan peserta didik secara keseluruhan. 4. Kesesuaian kedalaman dan keluasan materi pelajaran dengan tingkat perkembangan kognitf, sosial dan fisik peserta didik. 5. Penilaian performasi peserta didik secara menyeluruh alih-alih hanya dimensi kognitif saja. Kelebihan model pembelajaran yang bervisi dan pendekatan SETS : 1. memberi peluang pada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan tak terpisah. 2. memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di bidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat. 3. memberi kesempatan pendidik dan peserta didik untuk mengaktualisasikan diri dengan keistimewaan atau kelebihan SETS. Implikasi terkait dengan penerapan model pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS adalah: 1. Diperlukan penurunan silabus mata pelajaran berdasarkan standar isi dan kompetensi yang bervisi dan berpendekatan SETS. 2. Diperlukan pengembangan perencanaan pembelajaran subjeknya yang bervisi dan berpendekatan SETS. 3. Diperlukan pengembangan atau penyediaan bahan pembelajaran yang bervisi dan berpendekatan SETS. 4. Diperlukan pengembangan instrumen evaluasi bervisi dan berpendekatan SETS untuk pembelajaran topik pada subyek yang diperkenalkan. E. SETS dan Pembelajaran Dalam proses pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, terdapat sejumlah cirri atau karakteristik yang perlu dipahami di dalam penerapan pembelajaran, sesuai dengan fokus pembelajarannya pada saat itu. Dalam hal penerapan pada pembelajaran sains ciri-ciri tersebut di antaranya adalah: 1. Tetap memberi pengajaran dan pembelajaran sains 2. Peserta didik dibawa kedalam situasi yang memanfaatkan konsep sains kedalam bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat. 3. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains tersebut ke bentuk teknologi. 4. Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterkaitan antara unsur sains dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsure tersebut. 5. Peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian penggunaan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi yang bersesuaian. 6. Peserta didik dapat diajak berpikir, misalnya tentang pengaruh lingkungan atau masyarakat terhadap pengembangan sains maupun teknologi tertentu, yang masih berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan. 7. Dalam konteks konstruktivisme, peserta didik dapat diajak mendiskusikan SETS dari berbagai macam arah dandari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik bersangkutan. F. Keterkaitan Antar Unsur SETS Implementasi model pembelajaran dengan menggunakan visi dan pendekatan SETS, menuntun peserta didik untuk mengaitkan konsep sains dengan unsur lain dalam SETS. Cara ini memungkinkan peserta didik memperoleh gambaran lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan ataupun kekurangannya. G. Landasan Empiris Pedoman penyusunan model pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS diharapkan dapat menjawab kebutuhan satuan pendidikan untuk mengembangkan pribadi dan tingkat kecerdasan peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya hingga tumbuh menjadi pribadi mandiri. Selain kebutuhan satuan pendidikan, pedoman ini juga diharapkan dapat menjawab kebutuhan peserta didik untuk memenuhi standar kualifikasi yang diharapkan sesuai dengan standar pendidikan nasional dengan cara yang menyenangkan. Keduanya bermuara pada ketersediaan bantuan teknis yang mencukupi serta keberadaan dokumen-dokumen model pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS yang dapat digunakan oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhan peserta didik.

Kamis, 27 Januari 2011

bukannya ingin bermelow2 di malam ini


malam-malamku penuh tanda tanya, akan ketidak pastian takdir yang membawaku semakin larut dalam ketidak aturan hidup.. semakin larut saja aku mengarungi kehidupan hanya sekedar pelengkap realita hidup, kesenangan kebahagianan semua itu fatamorgana yang menutupi kelemahan kehidupan itu sendiri... aku ingin menulis dan terus menulis, menulis untuk apa??? hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini, aku tak bisa mampu untuk tidak melakukannya,.
aku teringat akan kata-kata yang semakin membuatku semakin tak jelas dalam menyadari akan pentingnya kehidupan di malam-malam yang justru harus aku pergunakan sebaiknya sebelum aku lenyap dari sini, ku pasti akan kembali pada kekekalan abadi yang tak kan dapat terbayang sampai berapa lama nanti..
MALAM itu panjang, JANGAN pendekkan dengan tidurmu...
SIANG itu pendek, JANGAN panjangkan dengan dosa2mu...
semoga berarti dalam setiap kita melangkahkan kaki, akan di bawa kemana malam2 kita yang panjang ini>>>???

Rabu, 26 Januari 2011

rencana libur semester3

tak terasa libur semester tlah tiba... aseeek bagi sebagian besar teman-temanku pulang ke rumah masing-masing. yang pada mulanya merantau di kost saat-saat ini mereka pasti sudah akan angkat kaki dari kota ini. hemmm aku membayangkan kegiatanku di rumah nanti, akan jadi apa ya?? di sini tak ada teman di rumah juga teman ga ada yang pulang, wah dimana2 ga ada teman.. teringat aku akan masa-masa UAS kemarin yang cukup membuat adrenalin ini was-was pada mulanya, tapi alhamdulillah dapat terlewati kita tunggu saja hasilnya nanti.. semoga tak mengecewakan emak dan babe di kampung halaman..
aku sudah akan membayangkan menghabiskan liburan semesteran di rumah dengan menjadi pengangguran ga jelas .. pengangguran yang membahagiakan... selalu teringat kegiatan di rumah selalu rutin seperti itu... simulasikan saja misal seperti ini
Kayen 5.00 am... keluar dari peraduan kamar, melihat ibu mempersiapan sarapan dan siap2 buat ngajar..
aQ : morning mak :-)
makQ: hmm good morning mbk ais..
aQ: (eling marang sing gawe urip, subuhan nda) ....
Kayen 5.30 kembali ke peraduan bersama kasur guling dan bantal.. wow hal yang sangat menyenangkan sepanjang hidup..
menjelang pkl 7.00am ibu berangkat ngajar..
makQ: ndux ayu jendela kamar di buka, gen rejekine lancar, cah ayu kog esuk2 seh ning kamar wae ora apik, tangi-tangi..
aQ: (suara apa ya?? music di pagi hari dengar suara ibu samar-samar terdengar jelas dalam proses pengumpulan nyawa) iyaaaaaaaaaaaa buuuuu'
Kayen, 12.30pm 
suara itu terdengar lagi..
makQ: looooh ya.. jendela ket mau kog ora dibuka-buka.. lah malah durung tangi...
aQ: ampun boz.... (langsung ngacir ke kamar mandi :P)
1.00am.. 
terimakasih buat ibu yang selalu menjatah makan siang ku setiap habis bangun tidur.. hhahaa
dilanjutkan dengan acara onlen di kamar seharian tak jua kunjung merubah pola hidup di rumah.. kegiatan yang tiap saat selalu aku lakukan.. haduuuwh mau jadi apa bangsa ini.. klo manusianya saja seperti diriku ini, aku rasa kalau saja dulu pemuda indonesia seperti diriku indonesia belum merdeka.. hhaha tapi apa pun itu it's ok, yang penting bahagia..
onlen terus nyampe tengah malam biasanya banyak teman saat malam2 kayak gitu, sebut saja inti rahmawati putri pamungkas panjang sekali namanya kayak truck gandeng macam gitu lah.. hhaaha ini bocah eror banget, yah sahabat terbaikku di kelas pgsd C.. hmm
mungkin itu serangkaian kegiatan yang akan aku habiskan dalam libur semester ini, semoga menyenangkan.. happy holiday guy's :-)

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Blogger Template by Blogcrowds